Mitos vs Fakta MPASI: Gula & Garam di Tahun Pertama
Memasuki usia 6 bulan, bayi mulai belajar mengenal makanan pendamping ASI (MPASI). Pada fase ini, orang tua sering mendapat berbagai saran tentang perlu tidaknya menambahkan gula atau garam ke makanan bayi. Sebagian beranggapan makanan akan terasa hambar tanpa bumbu, sementara sebagian lagi khawatir akan efek jangka panjang.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), bayi tidak perlu tambahan gula dan garam pada MPASI karena bahan alami sudah mengandung rasa dan zat gizi yang cukup. American Academy of Pediatrics (AAP) dan World Health Organization (WHO) juga menegaskan bahwa menambahkan gula atau garam pada makanan bayi di bawah 12 bulan tidak diperlukan. Alasannya, paparan dini terhadap rasa manis atau asin bisa membentuk preferensi rasa yang bertahan hingga dewasa, yang pada akhirnya meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, dan penyakit metabolik di kemudian hari.
Mari kita bedakan antara mitos yang sering beredar dengan fakta yang sebenarnya:
Mitos 1: Bayi perlu garam supaya makanannya tidak hambar.
Faktanya, ginjal bayi masih berkembang dan belum siap menerima beban natrium berlebih. Bahan makanan alami sudah mengandung rasa yang cukup untuk bayi, sehingga garam tambahan justru tidak bermanfaat.
Mitos 2: Sedikit gula aman diberikan agar bayi suka makan.
Faktanya, gula tambahan memang bisa membuat makanan lebih cepat diterima, tetapi studi menunjukkan paparan dini pada rasa manis membuat anak cenderung lebih suka makanan manis sepanjang hidupnya.
Mitos 3: Boleh menggunakan kecap atau bumbu instan agar bayi lahap.
Faktanya, produk olahan seperti kecap atau saus instan seringkali mengandung gula dan garam dalam jumlah tinggi. Memberikannya pada bayi bukanlah pilihan yang aman.
Meski demikian, IDAI mengakui adanya kondisi klinis tertentu di mana sedikit gula atau garam boleh dipertimbangkan, misalnya ketika bayi sama sekali menolak makan. Namun, penggunaannya harus sangat terbatas, hanya sementara, dan sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak.
Kesimpulannya, tahun pertama kehidupan adalah waktu emas untuk melatih bayi menerima rasa alami makanan. Dengan menunda penggunaan gula dan garam, orang tua membantu membentuk pola makan sehat yang lebih baik untuk masa depan anak.
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2020). Memberi Makan pada Bayi: Pemberian MPASI. Jakarta: IDAI.
- American Academy of Pediatrics. (2019). Infant Food and Feeding Guidance. Pediatrics, 143(3), e20183603.
- World Health Organization. (2023). Guideline for Complementary Feeding of Infants and Young Children 6–23 months. Geneva: WHO.
- Kementerian Kesehatan RI. (2024). Pedoman Gizi Seimbang: Batasi Gula, Garam, dan Lemak pada MPASI. Jakarta: Kemenkes RI.
- Griebel-Thompson, A. K., et al. (2023). Early exposure to added sugars and its impact on later sugar intake: A review. Nutrients, 15(3), 678.
- Herrick, K. A., et al. (2019). Added sugars intake among US infants and toddlers. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, 119(1), 84–94.


Leave a Reply