Kenapa STUNTING menjadi Momok

Banyak orang tua mungkin sudah sering mendengar istilah stunting, terutama beberapa tahun terakhir karena pemerintah gencar melakukan kampanye pencegahan stunting. Namun, tidak sedikit yang masih bertanya-tanya, sebenarnya apa itu stunting? Kenapa kondisi ini begitu ditakuti?

Apa Itu Stunting?

Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi jangka panjang dalam 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) dan infeksi berulang pada anak, yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya. Stunting didefinisikan secara spesifik sebagai tinggi badan menurut usia (TB/U) yang berada di bawah -2 standar deviasi (-2 SD) dari kurva pertumbuhan standar anak yang ditetapkan oleh WHO.

Yang perlu dipahami, stunting bukan sekadar anak pendek. Kondisi ini berdampak jangka panjang, mulai dari pertumbuhan fisik, perkembangan otak, hingga kualitas hidup anak kelak.

Dampak Stunting yang Perlu Diketahui

Menurut WHO, Kemenkes RI, dan juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jika stunting terlambat terdeteksi dan tidak ditangani di bawah usia 2 tahun, maka dampak stunting tidak dapat diperbaiki, di antaranya:

  • Perkembangan otak terhambat, membuat anak lebih sulit berkonsentrasi dan belajar.
  • Daya tahan tubuh lemah, sehingga anak lebih sering sakit.
  • Risiko penyakit tidak menular meningkat di usia dewasa, misalnya diabetes, hipertensi, dan obesitas.
  • Kualitas hidup di masa depan menurun, termasuk produktivitas kerja dan potensi ekonomi.

Dengan kata lain, stunting bukan hanya masalah tinggi badan, melainkan masalah yang memengaruhi masa depan anak secara menyeluruh.

Penyebab Stunting

Penyebab terjadinya Stunting adalah kekurangan gizi kronis pada ibu selama kehamilan maupun pada anak selama tumbuh kembang (selama 1000 HPK), pola makan tidak seimbang, rendahnya keragaman pangan, infeksi berulang, serta faktor lingkungan dan sosial ekonomi seperti sanitasi buruk, kemiskinan, dan perawatan serta stimulasi anak yang tidak optimal.

Kapan Harus Waspada?

Stunting perlu diwaspadai di 1000 hari pertama kehidupan karena jika ditemukan di atas usia tersebut maka anak tetap stunting dengan berbagai dampak yang menyertainya.

Stunting tidak serta merta terjadi, biasanya didahului dengan weight faltering, yaitu kondisi pertumbuhan anak di mana kenaikan berat badannya melambat, stagnan (tidak naik), atau bahkan menurun di bawah standar kurva pertumbuhan untuk usianya.

Penting untuk diwaspadai beberapa tanda ini pada kurun 1000 HPK

  • Tinggi dan berat badan anak tidak naik sesuai grafik pertumbuhan.
  • Anak tampak lebih kecil dibandingkan usianya.
  • Mudah sakit, lemas, dan pertumbuhan perkembangan motorik tertunda.

IDAI menekankan pentingnya pemantauan pertumbuhan secara rutin sejak bayi:

  • 0–12 bulan: setiap bulan.
  • 1–3 tahun: setiap 3 bulan.
  • 3–6 tahun: setiap 6 bulan.
  • 6–18 tahun: setiap tahun.

Bila grafik pertumbuhan anak meleset dari jalurnya, segera konsultasikan dengan dokter anak agar intervensi bisa dilakukan sedini mungkin.

Gb. 1 Contoh hasil pengukuran tinggi badan seorang bayi yang dimasukkan ke dalam Kurva Pertumbuhan WHO, yang ada pada Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan Indonesia, di mana mulai usia 5 bulan bayi mulai weight faltering dan cenderung ke status pendek. Jika status gizi dan kesehatannya tidak ditangani sebelum bayi mencapai usia 2 tahun, dan panjang badan bayi tetap berada di bawah garis merah atau di bawah -2 SD, maka dampak stunting tidak dapat diperbaiki.

Stunting Perlu Diwaspadai di 1000 HPK dan Ditangani Sebelum Usia 2 Tahun

Stunting adalah “momok” karena dampaknya bisa merusak masa depan generasi buah hati kita: fisik tidak kembali optimal, perkembangan otak terhambat, masa depan produktif terancam, dan risiko penyakit kronis meningkat. Kabar baiknya, stunting sangat bisa dicegah bila orang tua memberi perhatian sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (dari kehamilan hingga anak usia 2 tahun), dengan pemantauan pertumbuhan yang ketat, dan tindakan cepat saat mulai tampak tanda stunting.

Jika ditemukan pertumbuhan yang tidak sesuai, jangan tunda konsultasi dengan tenaga medis, misalnya dokter anak.

  1. WHO. Stunting in a Nutshell. 2015. https://www.who.int/news/item/19-11-2015- stunting-in-a-nutshell Diakses September 2025
  2. WHO. Malnutrition. 2024. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition Diakses September 2025
  3. Yurenda Aurelia. 1000 HPK Kunci Cegah Stunting. 2024. https://ayosehat.kemkes.go.id/1000-hpk-kunci-cegah-stunting Diakses September

20254. 5. 6. 7. Promkes. Kemkes. Men

TAGS
#stunting

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *